Kepuasan Kerja
1.
PENGERTIAN
KEPUASAN KERJA
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh
kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap
individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima
pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbin,
2003:78).
Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja
terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi
kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi
kerjanya daripada tidak menyukainya[1].
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah
nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan
selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja
adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah laku
terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting pekerjaan.
2.
TEORI
KEPUASAN KERJA
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang
membuat sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa
lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap
kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja yaitu[2] :
- Two Factor Theory
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene
factors.
Pada teori ini ketidakpuasan dihubungkan dengan
kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas
pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu
sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance
factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait
dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat
pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk
pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan
motivators.
- Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja
terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti
diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan
sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek
pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar
perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
3.
PENYEBAB KEPUASAN KERJA
Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki :225)
yaitu sebagai berikut[3] :
a. Pemenuhan
kebutuhan (Need fulfillment)
Kepuasan
ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada
individu untuk memenuhi kebutuhannya.
b. Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil
memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa
yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila
menerima manfaat diatas harapan.
c. Pencapaian
nilai (Value attainment)
Kepuasan
merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja
individual yang penting.
d. Keadilan (Equity)
Kepuasan
merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja
Selain penyebab kepuasan kerja,
ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah gaji, kondisi kerja
dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja).
a. Gaji/Upah
Menurut
Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang
diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan
bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga
merupakan simbol dari pencapaian (achievement), keberhasilan dan
pengakuan/penghargaan.
b. Kondisi kerja yang menunjang
Perusahaan harus membuat kondisi
kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi
dan menimbulkan kepuasan kerja.
c. Hubungan Kerja Hubungan dengan rekan kerja
Ada
tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan dari tenaga
kerja lain (dalam bentuk tertentu). Keluarannya (barang yang setengah jadi)
menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya. Misalnya pekerja konveksi. Hubungan
antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional.
Kepuasan kerja yang ada timbul
karena mereka dalam jumlah tertentu berada dalam satu ruangan kerja sehingga
dapat berkomunikasi. Bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan
motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja
sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan
tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan
mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
4.
KORELASI KEPUASAN KERJA
Hubungan antara kepuasan kerja
dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan
mepunyai rentang dari lemah dampai kuat. Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa
atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan
meningkatkan kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki,2001:226)[4].
Beberapa korelasi kepuasan kerja
sebagai berikut :
a)
Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan
kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan
pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi,
atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka
mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja.
b)
Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan
dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena
pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran
atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk
meingkatkan keterlibatan kerja pekerja.
c)
Organizational citizenship
behavior
Merupakan perilaku pekerja di
luar dari apa yang menjadi tugasnya.
d)
Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana
individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap
tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang
sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan
tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
e)
Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan
kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan
meningkat, ketidakhadiran akan turun.
f)
Perputaran (Turnover)
Hubungan antara perputaran dengan
kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas
organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan
kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
g)
Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan
kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan
kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
h)
Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah
antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110)
menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi
dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang
puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh
adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan
mendapatkan kepuasan.
5.
MENGUKUR KEPUASAN KERJA
Menurut Robbins (Wibowo:2007) ada dua pendekatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu[5] :
- Single Global Rating yaitu meminta individu merespon atas suatu pertanyaan seperti; dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa puas anda dengan pekerjaan anda? Individu bisa menjawab puas dan tidak puas.
- Summation Scorenyaitu dengan mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja tentang maing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitngkan adalah sifat pekerjaan, supervisi, upah, kesempatan promosi dan hubungan dengan rekan kerja.
6.
PENGARUH
KEPUASAN KERJA
- Terhadap Produktivitas
Kepuasan kerja mungkin merpakan
akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan
performa kerja yang unggul.
- Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan
korelasi negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti
kerja dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat
puas.
7.
MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA
Greenberg dan Baron (2003:159)
memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan
cara sebagai berikut :
- Membuat pekerjaan yang menyenangkan
Karena
pekerjaan yang mereka senang kerjakan daripada yang membosankan akan membuat
orang menjadi lebih puas.
- Orang dibayar dengan jujur
Orang yang
percaya bahwa sistem pengupahan/penggajian tidak jujur cendrung tidak puas
dengan pekerjaannya.
- Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya.
Semakin banyak
orang menemukan bahwa mereka dapat memenuhi kepentingannya di tempat kerja,
semakin puas mereka dengan pekerjaannya.
- Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang
Kebanyakan
orang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang
sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan
yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol
atas cara mereka melakukan sesuatu.
12:07
|
Labels:
MANAJEMEN
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
agus mulyadi. Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment