X-Steel - Alternate Select

Akhlak Tasawuf


  1. Pengertian Akhlak dan Objek Kajiannya

  • Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 
  •  Objek kajiannya adalah perbuatan manusia, dan norma atau aturan yang dijadikan untuk mengukur perbuatan dari segi baik dan buruk. 
  • Akhlak dalam Islam memiliki fungsi utama. Al-Qur’an menjelaskan konsep baik dengan istilah. 
  •  Pembentukan akhlak dilakukan secara integratal, melalui rukun iman dan rukun Islam. Rukun Iman bertujuan tumbuhnya keyakinan akan keesaan Tuhan (unity of God) dan kesatuan kemanusiaan (unity of human beings). Kesatuan kemanusiaan menghasilakn konsep kesetaraan sosial (social equity). Rukun Islam menekankan pada aspek Ibadah yang menjadi sarana pembinaan akhlak, karena ibadah memiliki fungsi sosial.
  1. Hasanah; sesuatu yang disukai atau dipandang baik (QS. 16: 125, 28: 84)
  2. Tayyibah; sesuatu yang memberikan kelezatan kepada panca indera dan jiwa (QS. 2: 57).
  3. Khair; sesuatu yang baik menurut umat manusia (QS. 2: 158).
  4. Mahmudah; sesuatu yang utama akibat melaksanakan sesuatu yang disukai Allah (QS. 17: 79).
  5. Karimah; perbuatan terpuji yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (QS. 17: 23).
  6. Birr; upaya memperbanyak perbuatan baik (QS. 2: 177).
   Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt.

Maqamat dalam Tasawuf
Maqamat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah.
Tingkatan maqamat adalah: taubat, zuhud, wara’, faqir, sabar, tawakkal, dan ridho.
  1. Taubat: memohon ampun disertai janji tidak akan mengulangi lagi.
  2. Zuhud: meninggalkan kehidupan dunia dan mengutamakan kebahagiaan di akhirat.
  3. Wara’: meninggalkan segala yang syubhat (tidak jelas halal haramnya).
  4. Faqir: tidak meminta lebih dari apa yang sudah diterima.
  5. Sabar: tabah dalam menjalankan perintah Allah dan tenang menghadapi cobaan.
  6. Tawakkal: berserah diri pada qada dan keputusan Allah.
  7. Ridho: tidak berusaha menentang qada Allah.
Konsep dalam Tasawuf
  1. Mahabbah: perasaan cinta yang mendalam secara ruhaniah kepada Allah.
  2. Ma’rifat: mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan.
  3. Wahdatul wujud: Bersatunya manusia dengan Tuhan. Manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.
  4. Insan Kamil: manusia yang dekat dan terbina potensi ruhaniahnya shg dapat berfungsi secara optimal.
 2.   Tarekat
Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melaksanakan suatu iabadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi dan sahabatnya. Tarekat juga berarti organisasi yang mempunyai syaikh, upacara ritual, dan zikir tertentu. Guru tarekat disebut mursyid atau syaikh, wakilnya disebut khalifah, dan pengikutnya disebut murid. Tempatnya dikenal dengan ribath/zawiyah/taqiyah.

  • Tarekat yang ada di Indonesia antara lain:

  1. Tarekat Qadiriyah, didirikan Syekh Abdul Qadir Jailani (1077-1166). Dituturkan melalui manaqib pada acara-acara tertentu. Isi manaqib adalah riwayat hidup dan perjalanan sufi Syekh Abdul Qadir sebanyak 40 episode. Berkembang di pulau Jawa.
  2. Tarekat Rifaiyah, didirikan Syekh Rifai (1106-1118). Cirinya menggunakan tabuhan rebana dalam wiridnya yang diikuti dengan tarian dan permainan debus. Berkembang di Aceh, Smatera Barat, Jawa, Sulawesi.
  3. Tarekat Naqsyabandi, didirikan oleh Muhammad Ibn Bauddin al-Uwaisi. Berkembang di Sumatera, Jawa, Sulawesi.
Aliran-Aliran tarekat Pada awalnya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasa (iran) dan Mesopotamia (irak). Pada periode ini muncul beberapa tarekat, diantaranya yaitu:

  • Tarekat Yasaviyah

Yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi (w. 562 H/ 1169 M). tasawuf ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami, Tarekat  Yasaviyah berkembang keberbagai daerah, antara lain turki. Disana, tarekat ini beganti nama menjadi tarekat bektashiyah.

  • Tarekat Naqsabanduyah

Yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari (w 1389 M) di Turkinistan.
Tarekat ini merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebarannya dan terdapt banyak diwilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina.


  •  Tarekat khalwatiyah

Yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati ( w. 1397 M). tarekat ini adalah nama sebuah aliran tarekat yang berkembang di mesir, pada umumnya nama tarekat diambil dari nama pendirinya, tetapi tarekat ini di ambil dari kata khalwat yang artinya menyendiri atau merenung.

  • Tarekat Safawiyah

Yang didirikan oleh Safiudin Al- Ardabili 9w. 1334 M)

  • Tarekat Bairamisyah

Yang didirikan oleh Hijji Bairan (w. 1430) didaerah Mosopotamia, masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpun al-junaid.

Dari sekian banyak pendapat dan ajaran Tasawuf, Pada intinya pemahaman akan ajaran Tasawuf terbagi atas 3 macam golongan, antara lain :
1)   Tasawuf Amali ( Tasawuf Terapan)--> Tasawuf ini lebih menekankan pada praktek ritual terdapat pada amaliah-amaliah tasawuf, seperti tarekat, dzikir/mujahadah, ihsan dan lainnya. Adapun tokohnya, semisal Al-Ghazali, Al-Junaidy, Ibnu Athoillah dan lainnya.
2)   Tasawuf Ilmu --> Tasawuf ini lebih cenderung bersifat sekedar pengetahuan teoritis saja, sehingga orang yang mempelajari tasawuf lebih cenderung hanya sebagai tambahan pengetahuan khazanah ilmuan saja. Sehingga ilmu tasawuf seringkali menjadi ajang perdebatan dan diskusi keilmuan belaka. Seperti yang diberikan pada sekolah/Perguruan Tinggi Islam, dll.
3)   Tasawuf Falsafi --> Tasawuf ini dapat kita jumpai pada ajaran ortodox/heterodox yang terdapat pada Faham-faham Pantheisme, semisal : Hulul (Abu Mansur Al-Halaj), ittihad (Abi-Yazid Al-Bistami), Wihdatul wujud (Ibnu Arabi), dan lainnya.

Faham Wihdatul Wujud adalah faham "Kesatuan Wujud"
Dalam bukunya Buya Hamka berjudul "Pemurnian dan Perkembangan ilmu Tasawuf". Buya Hamka mengemukakan secara singkat, Bahwa Ibnu Arabi menjelaskan tentang Wihdatul Wujud (Kesatuan Wujud) Bahwa Antara Khaliq dan Makhluq tidak ada perbedaan, Hamba adalah Tuhan, Tuhan adalah Hamba, Alam semesta ini adalah 'Ain dari Wujud Allah.
Ajaran Wihdatul wujud ini, lebih cenderung memadukan antara 2 kutub yang berbeda. Apabila kita simak Allah juga disifati dengan Ya Dzohir..Ya Bathin. Oleh karena itu, Segala-sesuatu baik yang tampak (Dhohir) atau tidak tampak (Bathin), pada hakekatnya adalah wujud "Dia".

3.  Aliran-aliran tasawuf
  •  Aliran Tasawuf Sunni

Tasawuf sunni merupakan aliran tasawuf yang ajarannya berusaha memadukan aspek syari’ah danhakikat namun diberi interpertasi dan metode baru yang belum dikenal pada masa salaf as-shalihin danlebih mementingkan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah serta bagaimana cara menjauhkan diridari semua hal yang dapat menggangu kekhusyu’an jalannya ibadah yang mereka lakukan. Alirantasawuf ini memiliki ciri yang paling utama yaitu kekuatan dan kekhusyu’annya beribadah kepadaAllah, dzikrullah serta konsekuen dan juga konsisten dalam sikap walaupun mereka diserang dengansegala godaan kehidupan duniawi.

  • Tasawuf Akhlaki

Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada perbaikan akhlak’ mencari hakikat kebenaranyang mewujudkan menuasia yang dapat ma’rifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yangtelah dirumuskan. Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf Akhlakiini dikembangkan oleh ulama salaf as-salih.

Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs.(nafsu) yang dibantu oleh syaithan.

Sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :

Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.

Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain : Hasan al-Basri (21 H – 110 H), al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi (376 H – 465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.

  • Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah.Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan oleh para sufi yang filosof.
Ibnu Khaldun berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
1.         Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
2.         Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani, ‘arasy, kursi,malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak,dan susunan yang kosmos, terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
3.         Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4.         Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalamhal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya, menyetujui ataumenginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi falsafi antara lain adalah al-Hallaj (244 – 309 H/858 – 922 M) Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H), Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H)as-Sukhrawardi dan yang lainnya

  • Tasawuf ‘Irfani

Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh
  dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemebirian Tuhan(mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan hati yangsuci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga pengetahuan atau ma’rifahdimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
 Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara lain : Rabi’ah al-Adawiyah (96 – 185 H),Dzunnun al-Misri (180 H – 246 H), Junaidi al-Bagdadi (W. 297 H), Abu Yazid al-Bustami (200 H – 261 H), Jalaluddin Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-Syibli, Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.

0 comments:

agus mulyadi. Powered by Blogger.

iklan