X-Steel - Alternate Select

Akuntansi Persediaan


A.    Pengertian Persediaan dan Kepemilikan Persediaan
1.      Pengertian Persediaan
       Persediaan suatu perusahaan dagang terdiri dari semua barang dagang dimiliki dan tersedia untuk dijual. Persediaan ini biasanya akan berubah menjadi uang tunai dalam jangka waktu kurang dari satu tahu, dan berhubungan dengan itu hendaklah dipandang sebagai aktiva lancar.[1] 
Ikatan Akuntansi Indonesia  mengemukakan bahwa : 
Persediaan adalah aset :
  • Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 
  • Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau, 
  • Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
      Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.


Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normalnya. Persediaan dalam perusahaan pengolahan akan terdiri atas persediaan bahan baku dan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

2.      Kepemilikan Persediaan
Sebagai pedoman umum, barang yang masuk sebagai persediaan adalah barang yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi pada akhir periode dalam rangka menentukan status kepemilikan persediaan, yakni antara lain:
  • Barang dalam perjalanan (Goods in transit) 
          Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan sebagai dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination. 
         FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti bahwa barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik penjual. 
       FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti pembeli adalah pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan. Oleh karena itu, dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
  • Barang Konsinyasi

Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut. Barangbarang konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan pemiliknya sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang ini dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.
  • Barang yang dijual secara cicilan

Penjualan cicilan (installment sales) adalah penjualan yang pembayarannya dicicil secara periodic selama periode tertentu. Dalam penjualan cicilan biasanya penjual menahan hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Dalam penjualan cicilan, persediaan berpindah dari penjual kepada pembeli pada saat ditandatanganinya kontrak penjualan cicilan walaupun hak legal atas kepemilikan barang tersebut belum berpindah.[2]

B.     Harga Perolehan Persediaan
Keluar masuknya barang yang menjadi penyebab perubahan-perubahan persediaan, yang harus dibukukan dengan teratur oleh akuntansi persediaan.
Jika dilakukan pembelian persediaan, maka selain harga faktur yang dibayar tunai atau kredit, juga timbul berbagai biaya yang meninggikan harga persediaan. Macam dan tinggi rendahnya biaya tergantung dari perjanjian penyerahan barang yang disepakati oleh pembeli dan penjual.
Bila penyerahan dilakukan dilakukan ditempat penjual, maka semua biaya untuk memperoleh dan memindahkan persediaan itu dari tempat penjual ketempat pembeli hingga siap untuk dijual kembali, menjadi beban barang yang bersangkutan, menaikkan harga pembelian barang, yang secara keseluruhan disebut harga perolehan[3]. Atau lebih singkatnya Harga Perolehan yaitu harga beli ditambah dengan biaya-biaya lain untuk pembelian dan penjualan.

Harga Perolehan = Harga Pembelian + Biaya Pembelian

Biaya Pembelian diatas meliputi :
1.      Komisi agen apabila pembelian dilakukan melalui agen (perantara).
2.      Sewa gudang (tempat barang disimpan) menunggu diangkut ke tempat pembeli.
3.      Biaya memuat barang ke dalam alat pengangkut.
4.      Sewa pengangkutan barang dari tempat penjual ke tempat pembeli.
5.      Biaya membongkar barang dari alat pengangkut dan di masukkan ke dalam gudang tempat pembeli.
6.      Premi asuransi pengakutan selama dalam perjalanan dari tempat penjual ke tempat pembeli.
7.      Biaya perjalanan dalam rangka mengurus pembelian dan pengangkutan barang hingga sampai di dalam gudang di tempat pembeli.
8.      Bea masuk PPn impor bila brang itu dibeli dari luar negeri dan dimasukkan ke dalam negeri (impor).
9.      Bila selama barang disimpan di dalam gudang juga dilakukan perbaikan pengemasan atau pengemasan kembali (repacking), maka biaya pengemasan menjadi beban barang yang bersangkutan.
 Menurut prinsip akuntansi, semua biaya sejak barang dibeli hingga siap dijual (siap olah dalam pabrik) menjadi beban barang yang dibeli, adalah biaya yang dikeluarkan (out of pocket expense).

         C.     Metode Penentuan Harga Perolehan Pada Perusahaan Dagang

1.      Metode Harga Beli Terakhir 
        Membebankan harga perolehan bahan yang dipakai sebesar kuantitas yang dipakai dikalikan dengan harga beli per satuan yang terakhir dengan tidak memandang jumlah kuantitas yang dibeli terakhir.
2.      Metode Nilai Penjualan Relative
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya-biaya bersama kepada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli. Masalah alokasi ini timbul dalam usaha dagang maupun perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan dagang apabila dibeli beberapa yang harganya menjadi satu timbul masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut.
3.      Metode Harga Eceran
 Metode eceran adalah metode penilaian persediaan yang didasarkan kepada taksiran. Taksiran harga pokok dalam metode ini ditentukan dengan melihat hubungan antara harga perolehan dengan harga pokok eceran.
  
Contoh :
                                           Harga pokok                           Harga eceran
Persediaan 1 januari 1994  1.000.000                               2.000.000
Pembeliaan Januari            5.000.000                               7.500.000
Mark up                                                                               800.000
Pembelian Mark Up                                                            (200.000) Mark down                        (400.000)
Pembatalan mark down                                                      (300.000)
Pembelian Bersih               5.000.000                               8.200.000
Barang siap dijual              6.000.000                               10.200.000
Penjualan January                                                             (7.000.000)
Persediaan 31 januari 1994 pada h. eceran                       3.200.000


       Dalam contoh tersebut tiga ratio antara harga pokok dengan harga eceran :
                 










4.      Metode Laba Kotor

Motode laba kotor sebagai alternative pengganti jika tidak dimungkinkan untuk melakukan perhitungan fisik persediaan, misalnya jika persediaan hilang atau musnah oleh karena sebab tertentu.
Contoh :
PT.AGUS BELINDO menerapkan sistem persediaan periodical ingin menentukan harga pokok persediaannya yang musnah terbakar bersama kartu gudangnya. Perusahaan memiliki data ini sebelum kebakaran terjadi, persediaan awal Rp. 50.000, pembelian Rp. 200.000, penjualan Rp.280.000 dan laba kotor 30% dari penjualan.

Perhitungan nilai persediaan yang musnah terbakar (persediaan akhir  sebelum terjadinya kebakaran )[4] :
Penjualan                                                                      Rp.280.000
Persediaan Awal                           Rp. 50.000
Pembelian                                      Rp.200.000
Barang tersedia untuk dijual         Rp.250.000
Persediaan akhir                            (Rp. 54.000)
Harga Pokok Penjualan                                                (Rp.196.000)
Laba Kotor                                                                     Rp.  84.000

             D.    Metode Penentuan Harga Perolehan Pada Perushaan Konstruksi
        Ada dua metode untuk mencatat persediaan kontrak dalam progress dan mengakui penghasilan kontrak jangka panjang, yaitu :
1.      Metode persentase penyelesaian
Pada metode persentase penyelesaian pengakuan penghasilan dan penilaian persediaan kontrak progress dilakukan sebagai berikut :
a.       Penghasilan diakui berdasarkan taksiran persentase penyelesaian kaliharga kontrak total. Laba merupakan selisih lebih pengakuan penghasilan diatas biaya total pada periode yang bersangkutan.
b.      Penilaian persediaan kontrak dalam progress diakui sebesar biaya yang telah dikeluarkan ditambah laba kotor yang diakui.
c.       Persentase penyelesaian dapat dihitung dari perbandingan biaya atau taksiran penyelesaian fisik.

               2.      Metode kontrak selesai

Metode ini belum mengakui laba/rugi sebelum kontrak selesai. Persediaan kontrak dalam progress diakui sebesar biaya yang telah dibebankan.[5]
PT. AGUS BELINDO  mengerjakan sebuah dam dalan waktu 3 tahun dengan harga kontrak Rp. 100.000.000. Data biaya dan penagihan piutang sebagai berikut :

Tahun
Biaya dibebankan
Taksiran biaya untuk menyelesaikan
Termin difakturkan
Pembayaran termin
1
20.000.000
60.000.000
25.000.000
18.000.000
2
39.000.000
23.500.000
45.000.000
40.000.000
3
30.000.000

30.000.000
42.000.000






90.000.000

100.000.000


Transaksi
Jurnal
Metode persentase penyelesaian
Metode kontrak selesai
Tahun 1 :
    a. Pengeluaran biaya

Kontrak dalam progress
     Per. Bahan, kas dll

20.000.000 (D)

               20.000.000 (K)

20.000.000  (D)

            20.000.000 (K)


    b. Pengajuan termin

Piutang
  
Tagihan difakturkan

25.000.000

            25.000.000

25.000.000

            25.000.000


   c. Pembayaran termin

Kas

      piutang

20.000.000

            20.000.000

20.000.000

            20.000.000

     d.  Pengakuan laba

1.    Biaya-biaya
Kontrak dalam progress
   Penghasilan kontrak


2.   Penghasilan kntrak
   
    Biaya-biaya

   Laba kontrak

20.000.000

  5.000.000

            25.000.000


25.000.000

             20.000.000

               5.000.000



Tidak ada jurnal






Tidak ada jurnal







[1]  Z.A MOECHTAR, dasar-dasar akuntansi, 1980
[2] Raja Adri Satriawan Surya. Akuntansi keuangan versi IFRS+.(Yogyakarta: Graha Ilmu.2012) hlm. 111
[3] Radiks purba. Akuntansi Untuk Manajer.(Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 1995). Hlm. 163
[4] Raja Adri Satriawan Surya. Akuntansi Keuangan Versi IFRS+. (GRAHA ILMU:2011
[5] Mas’ud Machfoedz. Akuntansu Keuangan Menengah.(Yogyakarta:BPFE.1999).Hlm.255-257

0 comments:

agus mulyadi. Powered by Blogger.

iklan